Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Diadema L Amadea Jun 2021
aku susun susun batu
kujadikan sebuah benteng
cukup kuat untuk beberapa waktu

malam malam ada yang mengunjungiku
datang datang memakai lonceng
cukup gaduh jadinya tidurku

coba kututup telingaku
sial! tambah keras itu suara lonceng!
sulit tidur, akhirnya kubangkit untuk cari tau

dari benteng, kuambil sepotong batu
terlihat sesosok manis tersenyum lebar
bukan main, tidak karuan hatiku


kutanya,
"kenapa kamu kesini?"
"aku ingin mengajakmu main, sepertinya akan seru"
"aku tidak mau, aku lelah"
"ayolah, nanti kita memetik buah beri liar di hutan"
"aku lelah, lagipula siapa kamu?"
"nanti kamu aku gendong. aku gabungan dari semangka dan tembakau, salam kenal"
"aku tidak tanya kamu itu apa tapi siapa kamu!"

lalu sosok itu mengambil beberapa batu yang ada di benteng
"aku gabungan semangka dan tembakau, ayo ikut!"
tanpa lama, sosok itu mengambil tanganku dan dibawanya lari menuju dalamnya hutan
lalu aku? akupun juga heran kenapa tidak ada penolakan
rambutnya yang tertiup angin hutan dan terkena cahaya matahari yang samar samar masuk dari banyaknya daun membuatku tersenyum sembari ikut berlari bersamanya

"sudah sampai!"

sosok itu tersenyum lebar dan puas

"katanya kamu akan menggendong aku, mana?"
"hehe maaf, lupa. habis saking semangatnya sih.. tunggu sini ya aku akan memetik beri"
"aku tidak ikut?"
"tidak usah, kamu istirahat di bawah pohon itu saja nanti aku menyusul"

akupun duduk dan bersender dibawah pohon besar itu
terlihat antusias sekali, padahal hanya memetik beri

"lucu"

kalimat itu keluar dengan mudah dari mulutku
tunggu, kenapa aku pikir dia lucu?
dia hanya gabungan semangka dan tembakau
itu aneh, dasar gila

"ini sudah selesai, ayo makan"

nyaman sekali berada dekatnya
senang sekali melihat matanya
iya mata itu yang sesekali ikut tersenyum saat sosok itu menatapku
aneh lagi, rasanya hatiku mau runtuh saat itu

"sudah kenyang, ayo main lagi"
"tidak mau, aku kan bilang aku capek"
"oh baiklah, sini"

sosok itu membawa kepalaku ke pangkuannya dengan lembut dan tiba tiba

"eh?!"
"sudah tidak apa apa, kamu tidur saja nanti aku yang berjaga"
"tidak mau aku takut, aku belum kenal kamu"

kecupan manis dan sedikit pahit meluncur di bibirku
tuhan! aku seperti mau meledak

"tidak usah takut, aku pemegang rekor"
"hahahaha rekor apa? ngaco!"

suaraku mulai terbata bata namun tidak ingin terlihat gugup

"sudah ya kamu tidur saja, istirahat"

kembali ia mengusap ngusap rambutku
nyaman
hangat
tenang


"brukkk!"

suara keranjang jatuh tepat beberapa meter dibawah kakiku
aku bangun melihat sekitar

"kemana?"

semangka tembakau sudah lenyap dari pandanganku
ingin kuberanjak pulang namun tertahan

"aku masih ingin menunggu"
"tunggu, untuk apa?"
"untuk temu bodoh"
"apa gunanya temu?"
"tapi aku masih ingin menunggu"
"aku rindu"

suara suara sialan itu menyeruak didalam kepala

kududuk didekat pohon besar sambil menunggu
memakan beri yang masih tersisa sedikit di keranjang


tidak terasa sudah larut
suara suara binatang, hmm ataukah monster itu sudah bersahut sahutan

"aku takut"
"tapi aku masih ingin temu"
"aku harus menunggu"

begitulah kebodohan aku
malam malam
di hutan
sendirian
menunggu orang siapa?

akhirnya aku membangun benteng lagi
di hutan itu
walau bukan di dekat danau yang banyak suara katak dan bunga lili tapi aku coba berusaha membangun benteng lagi untuk sekedar menunggu sosok itu datang

kususun lagi
benteng barupun terbentuk
cuma bedanya
sedikit tidak nyaman karena banyak sekali batang batang pohon tajam masuk ke sela sela batu
tapi aku tetap menunggu
kususun lagi
sampai tertutup
aku masih menunggu untuk temu
belilah majalah bobo untuk melihat cerpen oki dan nirmala di swalayan terdekat!
NURUL AMALIA Jan 2019
teruntuk atau kepada
engkau atau kamu
tersayang atau terkasih
taukah kamu?
bulan berdesir pelan
menyelusup ke sela- sela kabut hitam
malam yang pekat
aku tak sendiri, ada sepi yang mememani
aku mengisahkan padanya
perihal perih tapi tidak sakit,
tentang rindu yang tak berujung temu
aku ingin memberitahunya
aku senang jika ia mendengarkan cerita- ceritaku
aku akan menunggu
biar waktu yang akan membawamu
disini aku memelukmu
dengan mantra sakti yang aku miliki
Penunggang badai Feb 2021
Kuingat, waktu itu aku membawamu ke sebuah kedai. Sebuah tempat yang hari lalu pernah kujanjikan padamu. Dengan motor tua peninggalan ayahku, aku merasa bangga. Dengan kau di jok belakang, malu-malu mendekap badanku erat, kita melaju tanpa banyak bicara melintasi jalanan kota.

Sesampainya kita, aku menoleh kesana-kemari mencari tempat yang pas. Tempat yang khidmat untuk kita menunaikan ibadah temu, setelah lama menjalankan puasa rindu.

Masih seperti biasanya, tanpa memandang situasi bagaimanapun, kita tetap saja seperti biasa: tidak banyak mengobrol. Hanya tersenyum, basa-basi (aku dengan pernyataan pamungkas bahwa "rambutmu cantik hari ini", dan "jangan memujiku terus" adalah andalanmu ketika malu) , tersenyum lagi dan salah tingkah sejadinya. Begitu kikuk kita di waktu itu.

Kita begitu seadanya. Saling berhadapan, saling menggenggam tangan meski canggung. Kutengok dari balik jendela, hujan perlahan jatuh membasahi seisi bumi. Tentu kedai tempat kita juga. Kulihat ramai manusia mulai bergegas dan menepi menghindari tumpah ruah sang hujan.

Rinainya mulai melantun tak beraturan di jalanan, di atap kedai, di jok motorku dan di hati kita berdua. Sambil memandang keluar, aku yakin kau merefleksikan hal yang sama dengan apa yang ada dipikiranku. Bahwa keping ingatan masa lalu mulai berpendar, berputar dalam kepala. Yang mungkin selalu berusaha kita lupa.

Satu hal yang benar, bahwa hujan dengan begitu saja telah menjadi bagian dari identitas kita berdua. Kutipan bahwa hujan turun selalu membawa kenangan, bagiku sesekali benar. Dan diantara kau dan aku, memiliki kisah yang dianggap kelam.

Kita adalah dua manusia yang hatinya pernah patah dan kecewa, lalu dipertemukan dengan cara yang begitu acak oleh semesta. Atau, entahlah. Aku hanya yakin begitu. Mungkin buku-buku Fiersa Besari banyak mempengaruhi caraku berpikir soal ini.

Ditemani lagu-lagu dari Dialog Dini Hari, dan dinginnya suasana kedai sebab hujan yang menggerayangi, semakin menambah kesan romansa terlebih kopi pesanan kita datang menghampiri.

Masih ditengah hujan yang mulai menjinak, aku mengingatkanmu soal buku bacaan yang telah kita sepakati sebelumnya saat masih hendak merencanakan via telepon. Ya, benar, tujuan utamaku adalah mengajakmu menikmati buku bersama. Untukku, Ini kali pertama. Semoga saja engkau suka.

Dan hujan, adalah diluar dari rencana. Aku tersadar, bahwa ia membantuku banyak kali ini. Untuk memeluk hatimu kian erat, untuk menghempas keluh-kesahmu jauh tak terlihat.

Kita mulai mengeluarkan bacaan. Dari ranselku, dari tas jinjingmu.

Aku dengan Tan Malaka, kau dengan Boy Candra. Begitu kontras, namun kutau bahwa ada bahagia dengan harta yang masing-masing kita miliki itu. Yang bahwa kita membacanya karena terpana dengan mantra disetiap kata-katanya—atau juga karena pemikiran kritis yang disulap menjadi sebuah goresan pena pada setumpuk kertas oleh sang aditokoh. Kagum dengan warisannya—dalam tulisan, mereka benar-benar kekal selamanya—dalam ingatan.

Kita tenggelam jauh kedalamnya, jauh kedalam setiap paragrafnya. Mata kita beradu sesekali saat fokus tergoyah, saling melempar senyum karenanya. Lalu pada satu waktu, kita mulai menutup buku, mengartikan temu, menyempurnakan rasa hingga waktu tenggelam berlalu.

Berlalu... Benar, semuanya berlalu sejalan dengan gerak sang waktu. Tak terkecuali kita didalamnya.

Aku menyayangimu, sebagaimana keberlakuanku pada buku. Aku merindumu, sebagaimana bumi merindukan hujan. Dan episode-nya bagiku selalu saja menyajikan wangi yang sama, sebagaimana wangi petrichor yang tersisa, dari rinai yang pergi meninggalkan bentala.

Kita menjadi "pernah", lalu lestari selamanya.
fresh-outside Jun 2017
Banyak hari telah kita lewati bersama
Aku mengamatimu cukup dalam, entah dengan kamu
Dari mulai caramu membuka mata setelah bangun dari tidur,
Caramu memperhatikanku ketika sedang berbicara,
Caramu tertawa ketika aku mengatakan sesuatu konyol,
Dan hal-hal lain yang kuanggap obat dari segala masalahku.
Aku tahu, kita dekat bukan dalam hal lumrah dalam sepasang manusia yang saling memiliki rasa cinta.
Aku hanya mengagumi.
Menjadi pengagummu adalah pilihanku.
Mencintaimu dim-diam hanya sebatas itu kuasaku.
Tak meminta apa-apa darimu
Bahkan ketika rindu meminta temu.
Maaf jika aku menjadi pengagummu
yang mungkin membuatmu merasa bersalah akan hal itu,
Tapi tak apa.
Asalkan kau baik-baik saja, akupun begitu
Terimakasih pada waktu yang telah memberikan kenangan cukup indah tentan aku yang bersamamu kala itu.
Acora Apr 2023
Help me stop consuming
that which won't fill the need
the binging and short-form content
Temu, sugar, greed
i can't wait for forgiveness
the kind one gives themselves
For consumption to be sunshine, partners, languages--
Literature, walks and
making things-- as a behavior
I want my voice and life back
to feel beautiful and strange
Not absent, hungry, listless
The way these days have been...
Solanum dulcamara (nightshade): Falsehood
Dante Rocío Jun 2020
Sikorki tchnienie w locie musnęło ziemię,
Kresy, wrzosy, suche liście też na wietrze.
Na sykomorze dalekiej Arabii ustała,
skulonego u jej korzeni tego, co sonety
o Aleppo układał, wysłuchała,
i przeto myślami po raz pierwszy
swe osmolone smogiem skrzydełka przetarła:

"Ku czemu się wykluwałam? Ku czemu latałam?
Swym trelem, uwagi skinieniem, czego mam być wyrażeniem?"
Nagle poczuła w każdej małej kości:
"Odpowiedź jest jedna: Miłości"

Że ma ona twarz wszystkiego, niczego, spojrzenia naszego:
Dwóch samców złączonych łabędzia czarnego,
Smutku dla szczęścia innego znoszonego,
Sekretu czule z łzami deszczowi wyznanego
I drzewa z grzyba korzeniem splątanego.

Że ku temu radość innym daje, że tego jest formą,
Wszystkich uczuć, chwil i wrażeń zmową.

"Dziękuję", na tą myśl światu odpowiedziała,
z wdzięczności dla poety z dołu
korę drzewa pocałowała,
i z nową tęsknotą, ku niebu Syrii,
odleciała.
A poem for the children at heart (and not only) of a little *** that learnt on a faraway sycamore through a refuge’s sonnets that Love is all and nothing, with all facades, as revelations or any physical/****** manifestation.
Will translate into English if requested (haven’t yet due to many rhymes and figures of expression)
What demands our attention today?  
A war devoid of consequences,  
Or a history shaped by creationism?  
A stillbirth born without shame?  
Vivid pain and haunting memories linger.  
A wedding absent of both bride and groom—  
Did we call for the ceremony too soon?  

The Gen Z lifestyle is riddled with artificial deceptions.  
An unforgettable presidential race stands as a historical disgrace.  
Did the pope truly have a closed casket,  
Or was it merely a non-cadaver?  

Platforms like Facebook are swarming with scammers—  
More than we've ever witnessed before.  
Referrals are obsolete;  
Being broke has become a norm,  
Your wallet may as well be smoking.  
Buy one, get one free—Temu’s prices tempt us all.  
This is the reality of U.S.-China trade tariffs.  

Are our lives dictated by the Bollywood Referrals Act?  
Isn’t that the truth?  
Comsi comsa.
fatin Jul 2020
apa khabar?
kembali ke kotamu, apakah kau bahagia?
apa kau temu, sesat yang dahulu?
habiskah meneroka? mencari yang kau bilang ingin di cari
--?

dan,
dunia takkan pernah habis..
indah - indahnya awan hari ini akan menenggelamkan
sunyi sepi mu semalam tadi

dan
aku harap kan kau temu bahagia
apa kau cari, akan kau berhenti mengejar
kerana dunia takkan pernah habis
kau bakal lelah.

seperti kita, mencari alasan
bila - bila kita tidak setuju
tapi lupakah kau
kita sudah tertulis dan..
semoga kita setuju kelak

dan dalam menuju ke saat itu,
akan aku sering doakan mu

256pm // 2/7/20
ZACK GRAM Feb 2024
Im building a plant
200 billion worth
Im building
A gun
An gun restore
Manufactory
Not like the ones now
Im talking no serial
Im buying all
New temu
Automatics
Nationwide
This includes
Camps
Barracks
Wharehouse
Underground bunkers
Underground facilities
If we spent 500 billion
Thats ok too
Im going to arm my civilians
****** gave everyone a gun
Me too 2024
Mash em down
As fast they respawn
They two isles on my nugget
The new amazon
Ammunition
Hurry buy 100
Not rounds
100 pounds
50 cal sounds 2 miles rooftop
On the pile
Look out
Look over
Top my city
Whats about to go down
More guns
More ammo
Americafied
Greatest Nation Alive
Clips Checks Balances
fatin Aug 2022
kamu menjauh.
itu bukan salahku
aku tak lagi rindu
aneh.. tapi nyaman.
dingin, sunyi tapi aku suka.
ketidakpastianmu aku tak rasa lagi
aku sudah aman pastinya..
tapi, ada beberapa pertanyaanku tak kau jawab
.
.
sudah kau jumpa tempat nyamanmu?
apakah sama empuk bahu itu?
apa kau menangis lepas seperti dulu?
apa kau jumpa rumahmu?
ketawamu sudah girang?
bagaimana hatimu?
baikkah orang-orang disana?
indahkah permandangan tempat barumu?
apa kau tak lagi sedar?
.
.
tempat nyamanmu bukanlah rumah, tapi orang yg memberi kau rasa cinta.
empuk bahu itu bukan tentang siapa, tapi nyaman yg kau rasa.
menangis lepas itu bukan tentang malu, tapi jujurkah kau pada dirimu sendiri?
apa kau tak lagi sedar?
.
.
.
takkan kau temu kan apa yang kau cari selagi kau tak berbaik pada semesta
.
berbaik hatilah
Reza Septian Oct 2020
Pecah sudah kebisuan malam oleh cahaya rembulan. Namun, 
Tak satupun yang mampu pecahkan kebekuan si gadis
Tatapannya sadis dan sinis, tapi 
Tetap terlihat manis 
Ya malam itu, saat pertama
Mata kami saling temu
O da, bila sam bas debelo dete u jednom periodu detinjstva. Moji bas nisu bili takticni, umesto prvo da me posalju u zagorje a posle na more da se malo istrosim plivanjem, oni bi me prvo vodili na more a onda davali babi.A tamo u zagorju u jednom selu blizu varazdinskih toplica sve domace. Vrhnje sa sirom, mlad kackavalj baba pravila od komsijskog kravljeg mleka koje sam inace pila svakog dana i to tek pomuzenog sa temperaturom krave. Domaca jaja, domaci hleb, slaninice, kobasice, razne pite i slatke i slane pecene u sporetu na drva. Iz baste paradajza, krastavca i paprika. A davali su mi i da popijem po malo vina domaceg koje je babin brat pravio i koje je stajalo u nekoliko bacvi u podrumu kuce, a koje su me cesto slali onako da povucem na crevo pa pretocim u flasu. Verujem da je mami bio sok kada bi me videla nakon mesec dana u promenjenom obliku, zapravo bila je besna na svekrvu poprilicno. Kod kuce bih uglavnom doruckovala ili vecerala sama za stolom, i to je bila prilika za mastu, a mastala sam da imam sestru ili brata. Napravila bih sendvic za sebe a i sendvic za imaginarno drustvo, naravno oba sendvica bi zavrsila u meni. S kim ti sada jedes? Rekli mi a da nisam ni pitala nego doslo samo po sebi na temu BG Kaze: "imamo dve sestre koje stalno dolaze ali ne pricaju".

*mh sep 2017
I never heard of Tariff until recently


For those who liberate the caged bird,
They also liberate themselves.
Individuals who instigate conflict for,
Monetary benefits will ultimately undergo reformation in due course.
History often repeats itself many times,
Yet some individuals fail to heed their warnings.
The Great Wall of China was damaged by workers
As they were trying to make shortcuts to get to the other side.
The Trojan Horse was constructed with strategic thinking.
Similarly, the Berlin Wall was built as a barrier.

Today marks a competitive phase between
Temu and Shien are notable entities in the clothing industry.
It remains to be seen if they will address the challenges and opportunities within the sector effectively.
The term "Tariff" has become familiar to me over the past few months.
Shall we worry about them; shall we give in? Shall we seek solutions?
Only divine wisdom can guide us during challenging times.
For those who liberate the caged bird,
They also liberate themselves.
Let et Scar Jan 16
He said I found someone,
I really like her,
She wears glasses,
Reminds me of you,
She's on the bigger side,
She's independent too,
But she supports LGBTQ,
I said: Haaa that's gay!
"don't **** it up now" ,
She sounds like a softer version of me wow,
He says: "she's tomboyish but she's kinda lazy she talks too much, she might get clingy" ...
I said: "that's too bad, maybe that's not water weight"
But honey there's only one of me,
You said you didn't like me *** I'm too ******* mean,
Now you got a girl that's " kinda like me"
You make comparisons but I'm a limited edition and deep down you know she's just the temu version of me
I brush my teeth like I’m getting ready for war.
Or I forget to for three days
until my canines are wearing sweaters.

Temu moisturizer like battle paint.
Who knows what’s in there.
Who cares.

Upside-down Claddagh on my ring finger like a threat.
And it might be.

I put my hair up like a woman with secrets—
on the days I brush it.
A bumpy bun the rest of the time.

I shed like a stripper.
I strip like a thief.

I walk out the garage door like I invented sorrow.
I get in my car
like every song from Reputation to Tortured Poets
was written for me.

I wave to strangers like I’m about to die.
Cross the street like it’s a choice.
Clock into work like I have a hit on my head.

I **** Elf Bars like they’ve got confessions inside,
and blow out like they won’t give me cancer—
because they can tell
I approach them with pure intentions
and a positive spirit.

I know how to make an exit
that feels like a funeral.
I know how to hold a coffee cup
like I’m accepting an award
no one else can see.

I take bites of dropped chocolate chip cookies
but spit them out before they ruin me.

I spend too long staring at my own reflection,
just to make sure I still exist.

I catalog new moles.
Curse the milia above my eyelids.
Buzz off my mustache.
Denounce my chin hairs.
I think thin.

Sometimes I blink
just to feel time move.

I keep novels in my bag like armor,
and a journal like a last will and testament.

The expensive pens from Amazon
that don’t crawl up my left hand
like a disease.
That don’t smudge the page
like I have something to hide.

I pay for Spotify.
Skip the songs that hurt.
Play the one that ruins me.

I cry on the train
like I’m filming something important.
Because I will be.

I want everything I feel
to mean something.
I want every single ache to echo.
I want my poems
reverberating in the minds of people
who are emotionally legendary.

I want the world to apologize
for not feeling it first.

Sometimes I walk
like I’m being watched
by everyone who’s ever left me.

Sometimes I smile
like I know something God doesn’t.

Sometimes I think I was born
just to document
what it means to be alive
in the most dramatic possible way.

Because I am the first girl
to ever feel anything.
“the anthem of the emotionally legendary”
napisacu jos koju rec na tu temu kasnije


mh
Encrusted within the leatherback lining, and three beers deep. Six stories up, yet our smoke spirals higher. Encased in an unknown territory led by my best mate. Dazed by the cream chipped railing and rhythmic execution of bugs - reality seems to be spilling away. At the tail end of an uncle-nephew trade which I couldn't be closer too - just standing by, distant.

For a moment struck me, as hot as the smoke filling my lungs. ******* me into a period of long shallow forgot. A lost packet of socket-wrenches. Still cocooned in its glistening plastic, resting by the foot of the old man's lounge. Mass-produced, dirt cheap, the same set I have at home. A birthday gift from my father in-law, Temu special, a man's gift. My lady and I used these to hang Libby's artwork, Irene's too.

It couldn't look more out of place. I almost lost it under the peeling paint, smell of ****, and house music playing below. With a new light, I toked another, this time with a new thought behind my eyes. Those quiet Sunday's in Redhill - I laughed, maybe I wasn't as lost as I thought.

— The End —