Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Galih Prakasiwi Feb 2020
ketika itu
langit tidak begitu cerah
hanya ada awan kehitaman
aku tak mau memperhatikan orang-orang
kecuali seseorang, yg berambut lurus,
bermata kecil, pakaian berwarna melankolis

dgn tangan memegang kuas
yang sibuk menari di atas canvas
sesekali matanya terpejam
seakan sedang berimajinasi
ingin mewarnai langit kala itu
menjadi lebih berwarna
menambahkan pelangi dan aura langit pagi
ingin dunia yang diimpikanya itu terjadi

sementara aku..
terus memperhatikannya
pikiranku terbawa arus olehnya
dia dgn dunianya sendiri
dan aku pun...
mulai merasa
ingin menjadi bagian dari dirinya
#
So Dreamy Feb 2020
sulutan api mengubah abu
menjadi seikat amarah
rembesan air dari balik kelopak mata
disulap menjadi rintik air hujan

dan bumi pun berdansa
pada mereka yang bersenang-senang
bergembira
menepuk-nepuk tanah melalui kaki riang
suka cita
dalam pesta pora
satu ruang sesak berisi
terompet seruan hura-hura

menjerit dan meronta
lalu tertawa
dalam kebohongan
tersedak dan tersedu
ketika bintang pergi dan hilang
hanya untuk punah sementara

untuk datang dan
terlempar kembali ke dunia nyata
menyambut kesolekan-kesolekan
dan kemunafikan-kemunafikan
kepura-puraan
topeng-topeng dalam sandiwara,

seluruh umat manusia.
zahra ly Feb 2020
Katanya,
Yang fana
adalah kata;
Kita abadi
14.02.20 - 00.46
Atta Jan 2020
mungkin akan menjadi cerita ter-lusuh yang pernah aku tulis

-----

ingat ketika aku dan kamu di padang rumput yang menguning?
lalu kita sama-sama terpukau dengan pemandangan di depan mata
waktu itu kita sama-sama tidak berusaha memotretnya
karena masing-masing kita hanya fokus mencari ide untuk memulai percakapan


mungkin saat itu aku sudah terpikir sesuatu untuk aku mulai
tapi lucunya, malah kamu yang memulai percakapan
waktu itu kamu bertanya tentang kehidupanku semester ini
baik atau tidak baik
seperti biasa aku mengumpat, sungguh, tidak baik hidupku satu semester ini


kamu tertawa, entah menertawakan nasibku atau reaksiku
kamu tertawa seakan aku baru saja memberi lelucon terlucu abad ini
mungkin kalau kamu bukan kamu, aku sudah marah
tapi aku justru suka
dan jujur, aku bisa saja bersyukur mempunyai nasib seburuk itu hanya untuk mendengarkanmu tertawa


setelah itu giliranmu bercerita
aku sudah bisa menebak, ceritamu pasti seputar hal yang tidak penting
dan memang benar.....
tapi aku tetap mendengarkan, karena pupil matamu melebar
tanda kamu suka dengan hal yang kamu ceritakan
dan aku suka ketika kamu semangat dalam meceritakannya
aku mendengarkan


-//-


waktu berjalan, obrolan kami mulai masuk dalam topik yang rumit
tentang penciptaan, tentang dunia, tentang alasan kami hidup
biasanya otakku mulai memanas ketika membicarakan hal ini
dengan lawan bicara yang lain
tapi denganmu, aku mengidamkan lebih
seperti perpustakaan yang disinari lampu kuning hangat
dan kutu buku yang tersenyum membaca tumpukan buku harum


setelahnya...
ini bersambung ya udh mlm ngantuk bye
kepo kan syp xixixiix
Favian Wiratno Dec 2019
Pilu dibalik rindu kembali menggebu,
Hujan di bumi sama derasnya.
Kukira aku melupakanmu,
Ternyata hati ini kembali keliru.

Hati mana yang tidak berdetak,
Melihat dua pasang mata seindah samudra?
Ucapan membisukan dari bibirmu,
Sayang, rindumu mengusikku.

Kacau, Hati ini.
Sudah berapa kali disakiti?
Malam dan Siang berganti,
Lekaslah kau pergi.

Pilu dibalik rindu kembali menggebu,
Rintik hujan di bumi sama derasnya.
365 hari berlalu,
Sudahkah kau merindu?
Oka Nov 2019
Seperti hembusan angin yang berlalu
selamanya kau tak akan
pernah kugenggam
seerat apapun ku bertahan
kau akan berlalu begitu saja
meninggalkan resah kontinu
"ke mana kau akan pergi?"
Next page