I saw you there writing
A line of loved ones who destroys you
And when you speak louder in your silence
I see tears running the wrong way
But when the seasons are waiting for you to return
It will bring the wind that you need

And if the world is cold
If the ocean drowns you
Just reach me and we will face it together
If the sun won’t rise during your darkest day
Just hold on to me
We will make it through

I can calm your mind
I know it races to the void
If you are heading there drowning in thoughts
Please let me be your lighthouse
That will guide you.

Sambil mengendarai mobil, aku melirik calar yang menghiasi tangan kananku. Merah seakan salah satu kucingku baru saja mengamuk. Tapi hanya aku dan sebilah pisau di kamar yang tahu itu bukan hasil karya seekor kucing melainkan binatang yang jauh lebih biadab, depresi.
Lampu dijalanan berubah merah, sambil melihat sekeliling aku tersenyum mengamati hiruk pikuk yang sedang terjadi.
Aku jadi rindu perasaan utuh yang lambat laun terkikis waktu dan kalimat-kalimat bernoda.
"Kurang kuat iman sih"
Tak ada kaitannya dengan imanku, sayang.
"Mungkin cuma ada di kepalamu saja."
Dan kepalaku adalah satu-satunya tempat dimana aku tak bisa lari.
"Memang penyebab depresimu apa?"
Karena 1095 hariku tercemar darah, puntung rokok, pecahan gelas, dan caci makian tiada henti. Tak semudah itu untuk keluar hidup-hidup dari kandang singa, harus ada luka yang aku tanggung seumur hidup.
"Apakah kau gila?"
Aku bukan gila, aku baik-baik saja. Hanya ada bagian di dalam sana yang mati dan tak bisa diperbaiki lagi.
Lampu hijau dan klakson dari mobil membangunkanku dari suara-suara itu.
Tapi ketika sudah melaju dengan kecepatan yang nyaman ada satu suara yang muncul lagi, menoreh hatiku.
"Aku tak habis pikir bagaimana seseorang bisa nekat melukai dirinya sendiri sedangkan masih banyak yang bisa dilakukan"
Kalau kau tak paham, tak mengapa.
Tapi aku melakukan itu bukan untuk mati, aku lelah tak merasa apapun karena ada bagian di dalamku yang memang sudah mati.
"Kau mirip banteng ketaton"
Ya, aku marah kalau kau seenaknya menyebut aku gila.
Aku terluka kalau kau seenaknya main hakim sendiri.
Calar itu adalah sebuah pengingat bahwa aku masih hidup.

He talked, she blushed.
He muted, she understood.
He blamed, she reacted.
He betrayed, she shattered.
He spoke for patch up,
This time she broke his heart.
"But why?" He asked.
"All game of words my dear.
That was your turn, and this is mine."

What's the plan, What is the purpose,
Why do we stay here, When they just continue to hurt us,

What's the goal And can we really achieve it,
Have faith in yourself and then others will believe,

Have hope in the future and learn from the past,
We have all made Mistakes But the pain will never last,

It is ok to be fearful, We have all been afraid,
Don't be disheartened, don't be dismayed,

Our Strength is a blessing that we all hold inside,
If you search deep within Then the strength you will find,

The Courage will come, be patient, give it time,
Along with the desire to no longer hide,

Your spirit has awoken and will soon start to rise,
The fire Burns bright with hope in your eyes,

Open your heart, Open your mind,
Only speak words that are Both wise and kind,

Have a Listen, Hear what they say,
Give them a smile, get on with your day.

Today is a gift,
That's why we call it the present,

So that is the plan, follow it through,
Just for today, Be grateful to be you.